Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

 Tulis Artikel dan dapatkan Bayaran Tiap Kunjungan Rp 10-25 / kunjungan. JOIN SEKARANG || INFO LEBIH LANJUT

Pelayangan Bunyi


Saat dua gelombang bunyi dengan frekuensi sama bertemu, kita telah melihat bagaimana prinsip superposisi linear dapat menjelaskan interferensi konkruktif dan interferensi deskruktif.

Bagaimana jika dua gelombang bunyi dengan frekuensi yang sedikit berbeda saling bertemu?
Jika dua sumber gelombang bunyi dengan frekuensi yang hampir sama (sedikit berbeda) bertemu, akan terjadi yang namanya pelayangan (beats).

Gambar 1

Gambar 1 di atas merupakan dua garputala (memiliki sifat menghasilkan frekuensi tunggal ketika digetarkan) yang diletakkan sejajar dan menghasilkan nada dengan frekuensi 440 Hz. Salah satu garputala ditempeli segumpal kecil dempul sehingga frekuensinya berkurang menjadi 438 Hz. Ketika kedua garputala digetarkan serentak, kuat bunyi yang dihasilkan naik dan turun secara periodik, kemudian kuat, kemudian lemah, dan seterusnya. Variasi kuat-lemahnya bunyi secara periodik disebut pelayangan.

Gambar 2

Misalkan dua gelombang bunyi menjalar dalam suatu medium dengan kecepatan v dan amplitudo A serta waktu yang sama. Apabila gelombang yang satu mempunyai frekuensi f1 (kecepatan sudut ω1 = 2πf1)  dan gelombang lainnya dengan frekuensi f2 (kecepatan sudut ω2 = 2πf2), persamaan simpangan gelombang bunyi masing-masing adalah

y1 = A sin ω1t dan y2 = A sin ω2t

Hasil superposisi kedua gelombang adalah sebagai berikut,

y = y1 + y2 = A sin ω1t + A sin ω2t

dengan menggunakan aturan trigonometri

y = sin a + sin b = 2 cos ½(a – b) sin ½ (a + b), maka
y = A[sin ω1t + sin ω2t]
y = 2A cos [(ω1 – ω2)t/2] sin [(ω1 + ω1)t/2] (*)

persamaan ini menunjukkan bahwa hasil superposisi gelombang di suatu titik juga bergetar harmonik dengan amplitudo Ap, yaitu

AP = 2A cos [(ω1 – ω2)t/2] (**)

Persamaan (**) di atas menunjukkan bahwa amplitudo merupakan fungsi waktu sehingga mempunyai nilai maksimum minimum yang berulang secara periodik dengan frekuensi sudut seperti berikut,
Δω = (ω1 – ω2)/2
f = (2πf1 – 2πf2)/2
f = (f1f2)/2

1 layangan didefinisikan sebagai gejala dua bunyi keras atau dua bunyi lemah secara berurutan, (1 layangan = keras-lemah-keras atau lemah-keras-lemah)

Dari gambar tampak bahwa periode pelayangan yang terjadi adalah setengah periode gelombang (T), maka
TL = ½ T  atau fL = ½ f, maka
fL = ½ [(f1f2)/2]
fL =  |f1f2|
fL = frekuensi layangan!

Posting Komentar untuk "Pelayangan Bunyi"